Blog ini di peruntukan untuk tugas Perilaku Konsumen
Semester 6
Falkutas Ekonomi Manajemen Angkatan 2010, Ukrida, Jakarta
Para Penyusun:
- Michael Setiawan
31201030
-Sunarti
31201003
-Meta Widyanti
31201002
Selasa, 02 Juli 2013
7. Jelaskan perbedaan model -model ekonomis, pasif, kognitif dan emosional dalam pengambilan keputusan konsumen
Model keputusan 4
pandangan mengenai pengambilan keputusan manajemen
Pandangan ekonomi
Dalam
bidang ekonomi teoritis yang menggambarkan dunia persaingan sempurna kosumen
sering diberi ciri sebagai pengambil keputusan yang rasional. Model ini, yang
disebut teori manusia ekonomi, telah dikritik oleh para peneliti konsumen
karena beberapa alasan. Untuk berperilaku rasional dalam arti ekonomi seseorang
konsumen harus: (1) mengetahui semua alternatif produk yang tersedia, (2) mampu
memeringkat setiap alternatid secara tepat dari sudut keuntungan dan
kerugiannya, (3) mampu mengenali satu alternatif yang terbaik. Tetapi,
kenyataannya para konsumen jarang mempunyai semua informasi atau informasi yang
cukup akurata ataupun tingkat keterlibatan atau motivasi yang memadai untuk
memebuat apa yang dinamakan keputusan yang “sempurna”.
Pandangan
pasif
Yang sangat berlawanan dengan
pandangan ekonomi rasional mengenai konsumen adalah pandangan pasif yang
menggambarkan konsumen sebagai orang yang pada dasarnya tunduk pada kepentingan
melayani diri dan usaha promosi para pemasar. Dalam pandangan pasif, para
konsumen dianggap sebagai pembeli yang menurutkan kata hati dan irasional, siap
menyerah kepada tujuan dan kekuasaaan pemasar.setidak-tidaknya sampai tingkat
tertentu, model pasif konsumen didukung oleh tenaga penjual kawakan yang unggul
dan suka bekerja keras yang terlatih memandang konsumen sebagai obyek yang akan
dimanipulasi.
·
Pandangan
kognitif
Model ketiga menggambarkan konsumen
sebagai pemecah masalah dengan cara berpikir. Dalam kerangka ini, konsumen
sering digambarkan sebagai mau menerima maupun dengan aktif mencari produk dan
jasa yang memenuhi kebutuhan mereka dan memperkaya kehidupan mereka. Model ini
memfokuskan kepada proses konsumen mencari dan menilai informasi mengenai merk
dan saluran ritel yang dipilih.
Dalam konteks model kognitif, konsumen dipandang sebagai pengolah informasi. Pengolahan informasi menghasilkan fomasi pilihan dan, akhirnya, minat membeli. Pandangan kognitif juga mengakui bahwa konsumen tidak mungkin berusaha memperoleh semua informasi yang tersedia megenai setiap pilihan. Malahan konsumen mungkin menghentikan usaha pencarian informasi ketika merasa bahwa mereka sudah cukup memperoleh mengenai informasi beberapa alternatif untuk mengambil keputusan yang “memuaskan”. Sebagaimana dikemukakan oleh pandangan mengenai pengolahan informasi ini, para konsumen sering mengembangkan kaidah jalan pintas (yang disebut heurastik) untuk mempermudah proses pengambilan keputusan. Mereka juga menggunakan berbagai kaidah keputusan untuk mengatasi keterbukaan terhadap informasi yang terlalu banyak (yaitu, informasi yang berlebih-lebihan).
Dalam konteks model kognitif, konsumen dipandang sebagai pengolah informasi. Pengolahan informasi menghasilkan fomasi pilihan dan, akhirnya, minat membeli. Pandangan kognitif juga mengakui bahwa konsumen tidak mungkin berusaha memperoleh semua informasi yang tersedia megenai setiap pilihan. Malahan konsumen mungkin menghentikan usaha pencarian informasi ketika merasa bahwa mereka sudah cukup memperoleh mengenai informasi beberapa alternatif untuk mengambil keputusan yang “memuaskan”. Sebagaimana dikemukakan oleh pandangan mengenai pengolahan informasi ini, para konsumen sering mengembangkan kaidah jalan pintas (yang disebut heurastik) untuk mempermudah proses pengambilan keputusan. Mereka juga menggunakan berbagai kaidah keputusan untuk mengatasi keterbukaan terhadap informasi yang terlalu banyak (yaitu, informasi yang berlebih-lebihan).
Walaupun sudah lama menyadari adanya
model pengambilan keputusan yang emosional atau impulsif (menurutkan desakan
hati), para pemasar sering lebih suka memikirkan konsumen model ekonomi maupun
model pasif. Tetapi, kenyataanya setiap kita mungkin menghubungkan perasaan
yang mendalam atau emosi, seperti kegembiraan, kekhawatiran, rasa sayang,
harapan, seksualitas, fantasi, dan bahkan sedikit “keajaiban” dengan berbagai
pembelian atau kepenilikan tertentu semua perasaan atau emosi ini mungkin
sangat mendalam.
6. Adakah keadaaan dimana informasi dari berbagai iklan mungkin lebih berpengaruh dibandingkan percakapan lisan ? jelaskan pendapat anda tersebut
Ada karena informasi dari media iklan itu lebih dapat memberikan gambaran atas produk yang di tawarkan dan sifatnya persuasif sehingga dapat menanamkan citra ke benak konsumen
Terkadang percakapan lisan terdapat suatu hubungan miss komunikasi terhadap produk yang di sampaikan dan percakapan lisan terbatas hanya untuk beberapa orang tetapi informasi melalui media iklan mencakup sangat luas.
5. Mengapa pemimpin pendapat ( opinion leader) merupakan sumber informasi produk yang lebih dapat di percaya daripada iklan untuk produk yang sama ? jelaskan
Karena opinion
leader ini awalnya muncul di Amerika
seperti yang ditunjukkan oleh Paul Lazarefeld dan kawan-kawan. Oleh karena itu
model-model arus informasi yang mendekati pembahasan pemimpin opini ini adalah
model two step flow. Artinya media massa tidak langsung mengenai audiencenya
tetapi melalui pemimpin opininya. Kemudian informasi yang didapatkan tadi
disampaikan kepada para pengikutnya jadi pemimpin pendapat ( opinion leader)
merupakan sumber informasi produk yang lebih dapat di percaya daripada iklan
untuk produk yang sama
4. Haruskah restoran pizza hut di jual di seluruh dunia dengan formulasi yang sama ? dalam kemasan yang sama ? dengan tema iklan yang sama ? jelaskan jawaban anda?
Menurut kami tidak harus sama karena untuk formulasi bisa disesuaikan dengan selera tiap – tiap negara untuk kemasan dan tema iklan harusnya sama karena berdampak terhadap brand dan citra pizza Hut itu sendiri
3. Kaum muslim indonesia merupakan bagian terbesar dari total penduduk negara indonesia. Mereka merupakan segmen pasar yang penting? Bagaimana seorang pemasar makanan kecil ( consumer goods ) dapat secara efektif menargetkan kaum muslim indonesia ini.
Seorang pemasar harus mendapat izin halal dari BPOM
dan MUI utnuk menjamin kualitas dan kepercayaan masyarakat muslim, memberikan
informasi yang sesuai pada komposisi yang ada di kemasan produk yang di
tawarkan , lalu melakukan promosi melalui media iklan dengan memakai model –
model muslim sehingga menandakan makanan itu halal untuk di konsumsi untuk kaum
muslim
Langganan:
Postingan (Atom)